Laman

Intelektual Muslim Saat Ini

Sobat-sobat sekalian, selembar kertas sebenarnya  tidak cukup untuk menjabarkan tentang intelektual muslim secara mendalam. Namun mudah-mudahan dengan tulisan ini, bisa membuat kita sadar tentang gelar yang kita bawa, atau yang kita bangga-banggakan, yaitu sebagai “kaum intelektual”
Sebelum membahas lebih jauh, kita harus tahu apa itu kaum intelektual. Seorang intelektual itu adalah seorang pemikir yang selalu berpikir dan mengembangkan serta menyumbangkan idenya untuk kesejahteraan masyarakat.
Dia juga adalah seorang yang mempergunakan ilmu dan ketajaman pikirannya untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala hal dalam kehidupan manusia.
Lebih dari itu, seorang intelektual juga adalah seorang yang kenal akan kebenaran dan berani pula memperjuangkan kebenaran itu, meski bagaimanapun tekanan dan ancaman yang dihadapinya, terutama sekali kebenaran, kemajuan, dan kebebasan untuk rakyat. Dan identiknya, kaum intelektual selalu di kaitkan dengan mahasiswa
.
Sobat-sobat sekalian, sebenarnya apa tugas kita sebagai intelektual muslim?
Kaum intelektual muslim paling tidak harus bisa berperan dalam dua hal: Pertama, dalam hal manajemen yang rasional; dan Kedua, membantu umat dalam perang gagasan, intellectual war. “Kita sedang menghadapi ‘perang’, ghazwul fikr atau perang pemikiran. ‘Musuh’ kita ialah materialisme dan sekularisme dunia modern. Tugas intelektual muslim ialah berjihad intelektual,”
Didalam realita kehidupan saat ini, bangsa kita sangat membutuhkan dukungan dari kaum intelektual untuk menjadi benteng sekaligus pencerah bagi mereka. Berbagai isu telah berkembang di masyarakat yang membuat keadaan mereka gelisah, banyak diantara ummat islam yang berada di deretan kaum awam yang menjadi korban dari perang pemikiran karena keterbatasan pengetahuan mereka. Pertanyaan besar yang kita hadapi sekarang adalah, “kemana kaum intelektual muslim saat ini?”
 Kalau kita melihat kehidupan mahasiswa, khususnya mahasiswa muslim saat ini, apakah mereka termasuk kaum intelektual? mereka yang maunya hanya mencari kesenangan? ataukah mereka yang sedang terkena virus merah jambu, atau berada di dalam dilema cinta yang hanya memikirkan sang pujaan hati..??? apakah mereka mempunyai potensi sebagai kaum intelektual?? Gelar intelektual sebenarnya tidak pantas bagi mereka. Mereka hanya bisa mengkritik sana-sini, saling menjatuhkan antara satu dan yang lainnya, melakukan demonstrasi yang terkesan berlebihan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa demikian? Karena mereka tidak memanfaatkan nalarnya untuk menganalisis, menanggapi, dan memutuskan sesuatu, sehingga dengan mudah terprovokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, atau oknum yang memiliki kepentingan politik. Mereka sebenarnya hampir sama dengan kaum awam, yang membedakan hanya karena mereka menyandang gelar mahasiswa.
Di dunia pendidikan saat ini, kebanyakan dari kaum terpelajar hanya menginginkan sebuah ijazah atau sebuah gelar dari lembaga pendidikan. Mereka berpikir tidak perlu nilai tinggi ataupun kecerdasan dalam hal akademi untuk masuk ke sebuah universitas yang di inginkan, mereka hanya mengandalkan materi atau kemampuan finansial untuk mencapai semua itu. Sehingga apa yang terjadi? kita bisa melihat dari pemerintah kita saat ini, orang bodoh pun bisa menjadi pemerintah, karena mengandalkan kemampuan finansial. Oleh karena itu, kita tidak usah heran dengan sistem pemerintahan kita yang terkesan hanya ingin bersenang-senang dengan jabatannya, karena calon-calon pemimpin kita saat ini memang sudah tertanam ideologi yang seperti itu.
Bagaimana cara kita menanggapi hal yang demikian, kita kembalikan kepada definisi tentang kaum intelektual itu sendiri. Kita harus mulai dari mengkritik diri sendiri, belajar menghargai ilmu, memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang positif, belajar dari pengalaman, dan banyak hal lain yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan diri.
Kita harus memiliki wawasan yang luas, pemahaman agama yang mendalam, selalu mencari kebenaran, dan berani memperjuangkan kebenaran itu. Dengan begitu, kita akan memiliki kekayaan intelektual, kekayaan yang tidak ada habisnya. Dan hal yang perlu kita ingat, “seorang intelektual Muslim tidak boleh berpangku tangan, sementara dunia akan tenggelam.” Oleh karenanya, kita harus selalu memperjuangkan kebenaran dengan memanfaatkan kekayaan intelektual yang kita miliki. Serta mempergunakan ilmu dan ketajaman pikiran untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala hal dalam kehidupan manusia.

1 komentar:

Untuk mewujukan cita islam sebagai rahmatan lil alamin, harus dimulai dengan dibangun masyarakat yang kaya akan pemikiran, ilmu pengetahuan dan kaya hati serta mempunyai wawasan yang luas.